Selasa, 17 April 2018

ASKEP PADA PASIEN ASPIRASI MEKONIUM

A. Pengertian
Terisapnya cairan amnion yang tercemar mekonium ke dalam paru yang dapat terjadi pada saat intra uterin, persalinan dan kelahiran.

(Sumber : typosthes.gr)
B. Etiologi
  • Riwayat persalinan postmatur
  • Riwayat janin tumbuh lambat
  • Riwayat kesulitan persalinan, riwayat gawat janin, asfiksia berat
  • Riwayat persalinan dengan air ketuban bercampur mekoniu
C. Pengkajian
  • Cairan amnion tercemar mekonium
  • Kulit bayi diliputi mekonium
  • Tali pusat dan kulit bayi berwarna hijau kekuningan
  • Gangguan napas (merintih, sianosis, napas cuping hidung, retraksi, takipnue)
  • Biasanya disertai tanda bayi lebih bulan
Pemeriksaan Laboratorium :
  • Preparat darah hapus, kultur darah, darah rutin, analisa gas darah (hipoksemia, asidemia)
  • Pemeriksaan sinar X dada
D. Komplikasi
  • Hipoksia serebri, gagal ginjal, keracunan O2, pneumothorak
  • Sepsis, kejang, retardasi mental, epilepsi, palsi serebral
E. Penatalaksanaan Medis
§        Tindakan resusitasi
§        Pemberian antibiotika
§        Terapi suportif : infuse, oksigen, jaga kehangatan, pemberian ASI

F. Asuhan Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan/Kriteria
Rencana Tindakan

1.


Resiko cedera berhubungan dengan sepsis neonatal

Tidak terjadi cedera

Kriteria :
§  Bayi menerima terapi sesuai   pesanan
§  Bayi mengalami kultur ulang setelah tindakan medis yang menunjukkan tak ada ‘pertumbuhan’ atau komplikasi lain.
§  Bayi mengalami normotermik

§  Pertahankan isolasi : perawatan isolasi
§  Ubah posisi tiap 2 jam
§  Observasi tanda vital setiap 2 jam, beritahu perubahan dan laporkan dokter sesuai kebutuhan
§  Pantau tanda vital
§  Pertahankan suhu lingkungan netral
§  Periksa suhu setiap 2 jam
§  Pertahankan prosedur mencuci tangan ketat
§  Ajarkan tehnik mencuci tangan pada orang tua sebelum memegang bayi
§  Berikan oksigen sesuai pesanan
§  Lakukan AGD periodik sesuai pesanan
§  Rencanakan periode istirahat; hindari memegang yang tak perlu
§  Lakukan tindakan pendinginan bila bayi menggigil, mis., lepaskan sumber pemanas eksternal atau selimut berikan mandi hangat
§  Dengan perlahan rangsang bila apnea dengan menggosok dada, menggoyang kaki
§  Pertahankan peralatan resusitasi di dekatnya
§  Observasi terhadap tanda fokal kacau mental
§  Hisap lendir hidung dan mulut sesuai kebutuhan
§  Miringkan kepala
§  Lindungi dari gerakan membentur sisi inkubator atau box
§  Berikan oksigen sesuai kebutuhan
§  Bantu dokter dalam kerja septik sesuai indikasi
§  Berikan antibiotik sesuai   pesanan
§  Beri penkes pada ortu tentang pemberian obat (nama obat, dosis, waktu, tujuan, efek samping), pentingnya rawat jalan, gejala kekambuhan




No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan/Kriteria
Rencana Tindakan

2.



Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan bayi malas minum

Kebutuhan nutrisi terpenuhi

§  Kriteria:
§  Bayi tidak kehilangan berat badan
Bayi mampu mempertahankan/menunjukkan peningkatan berat badan

§  Berikan cairan parenteral sesuai pesanan
§  Ukur masukan dan haluaran
§  Timbang berat badan bayi setiap hari
§  Berikan makanan melalui sonde sesuai pesanan
§  Catat aktifitas bayi dan   perilaku makan secara akurat
§  Observasi koordinasi reflek menghisap/menelan
§  Berikan kebutuhan menghisap pada botol sesuai indikasi








CARI ASKEP LAIN

Senin, 09 April 2018

ASKEP PADA PASIEN ANAK DENGAN ANEMIA

A. Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah.

(Sumber : almet-rt.ru)

B. Penyebab Anemia
Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan, kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya. Penyebab anemia antara lain sebagai berikut :
  1. Anemia pasca pendarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun : cacingan
  2. Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah
  3. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie,dll. Sedang factor ekstrasel: intoksikasi, infeksi –malaria, reaksi hemolitik transfusi darah
  4. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang)
C. Tanda dan gejala
  1. Tanda umum anemia
    - Pucat,
    - Tacicardi,
    - Bising sistolik anorganik,
    - Bising karotis,
    - Pembesaran jantung.
  2. Manifestasi Khusu pada anemia
    Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
    Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat, kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik yang fungsional.
    Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.
D. Pemeriksaan Penunjang
  1. Kadae HB
    Kadar Hb <10g/dl. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32% (normal: 32-37%), leukosit dan trombosit normal, serum iron merendah, iron binding capacity meningkat
  2. Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing type anemia
    a.  Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosisb. Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek dan total naik, urobilinuria.
    c. Anemia aplastik : trombositopeni, granulositopeni, pansitopenia, sel patologik darah tepi ditemukan pada anemia aplastik karena keganasan.
E. Pathwasy

F. Penatalaksanaan
  • Anemia pasca pendarahan : transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander atau plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja
  • Anemia defisiensi : makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari. Transfusi darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl
  • Anemia aplastik : : prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan infeksi sekunder, makanan dan istirahat
G. Masalah keperawatan yang sering muncul
  • Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya komparten seluler yang penting untuk menghantarkan oksigen / zat nutrisi ke sel
  • Tidak toleransi terhadap aktivitas berhubungan dengan tidak seimbangnya kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen
  • Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya selera makan
H. Tindakan keperawatan
1. Perfusi jaringan adekuat
  • Memonitor tanda‑tanda vital, pengisian kapiler, wama kulit, membran mukosa.
  • Meninggikan posisi kepala di tempat tidur
  • Memeriksa dan mendokumentasikan adanya rasa nyeri.
  • Observasi adanya keterlambatan respon verbal, kebingungan, atau gelisah
  • Mengobservasi dan mendokumentasikan adanya rasa dingin.
  • Mempertahankan suhu lingkungan agar tetap hangat sesuai kebu­tuhan tubuh.
  • Memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
2. Mendukung anak tetap tolerans terhadap aktivitas
  • Menilai kemampuan anak dalam melakukan aktivitas sesuai dengan kondisi fisik dan tugas perkembangan anak.
  • Memonitor tanda‑tanda vital selama dan setelah melakukan aktivitas, dan mencatat adanya respon fisiologis terhadap aktivitas (peningkatan denyut jantung peningkatan tekanan darah, atau nafas cepat).
  • Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga untuk berhenti melakukan aktivitas jika teladi gejala‑gejala peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, nafas cepat, pusing atau kelelahan).
  •  Berikan dukungan kepada anak untuk melakukan kegiatan sehari­ hari sesuai dengan kemampuan anak.
  • Mengajarkan kepada orang tua teknik memberikan reinforcement terhadap partisipasi anak di rumah.
  • Membuat jadual aktivitas bersama anak dan keluarga dengan melibatkan tim kesehatan lain.
  • Menjelaskan dan memberikan rekomendasi kepada sekolah tentang kemampuan anak dalam melakukan aktivitas, memonitor kemam­puan melakukan aktivitas secara berkala dan menjelaskan kepada orang tua dan sekolah
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi adekuat
  • Mengijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
  • Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi.
  • Mengijinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan Mengevaluasi berat badan anak setiap hari.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta, EGC.
  2. Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. Jakarta, CV Sagung Seto.
  3. Tucker SM. (1997). Standar Perawatan Pasien. Edisi V. Jakarta, EGC.




CARI ASKEP LAIN

Rabu, 04 April 2018

ASKEP PADA PASIEN AKUT RESPIRATORY DISTRESS SINDROM

A. Pengertian
Respiratory Distress Syndrome ( RDS ) adalah perkembangan yang immatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai hyaline membran disease ( HMD ). (Suriadi, 2001).

Kegawatan pernafasan ( Respiratory Distress syndrome ) pada anak merupakan penyebab utama kematian pada bayi baru lahir, diperkirakan 30% dari semua kematian neonatus disebabkan oleh penyakit ini atau komplikasinya. Penyakit ini terjadi pada bayi prematur, insidennya berbanding terbalik dengan umur kehamilan dan berat badannya. 60-80% terjadi pada bayi yang umur kehamilannya kurang dari 28 minggu,  15-30% pada bayi antara 32-36 minggu, sekitar 3% pada bayi yang lebih dari 37 minggu.

(Sumber : www.alamy.com)
Tingginya angka kejadian tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi para tenaga kesehatan, mahasiswa S1 keperawatan yang merupakan calon tenaga kesehatan profesional, yang nantinya akan selalu berhubungan dengan penderita atau anak dengan resiko menderita RDS, harus mempunyai pengetahuan dan ketrampilan dalam mencegah dan membantu mengatasi tersebut dan dapat dipertanggungjawabkan pada pasien dan tim kesehatan lain.

B. Etiologi
Dihubungkan dengan usia kehamilan, semakin muda seorang bayi, semakin tinggi Resiko RDS sehingga menjadikan perkembangan yang immatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru.

RDS terdapat dua kali lebih banyak pada laki-laki daripada  perempuan, insidens meningkat pada bayi dengan faktor –faktor tertentu, misalnya: ibu diabetes yang melahirkan bayi kurang dari 38 minggu, hipoksia perinatal, lahir melalui seksio sesaria.

C. Pathofisiologi
Pada bayi dengan RDS, dimana tidak  adanya kemampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka. RDS pada bayi yang belum matur menyebabkan gagal pernafasan karena immaturnya dinding dada, parenchim paru, dan immaturnya endotellium kapiler yang menyebabkan kolaps paru pada akhir ekspirasi.

Pada kasus yang terjadi akibat tidak adanya atau kurangnya, atau berubahnya komponen surfaktan pulmoner. Surfaktan suatu kompleks lipoprotein, adalah bagian dari permukaan mirip film yang ada di alveoli, untuk mencegahnya kolapsnya alveolus tersebut. surfaktan dihasilkan oleh sel-sel pernafasan tipe II di alveoli. Bila surfakatan tersebut tidak adekuat, akan terjadi kolaps alveolus dan mengakibatkan hipoksia dan retensi CO2 mengakibatkan asidosis Kemudian terjadi konstriksi vaskuler pulmoner dan penurunan perfusi pilmoner, yang berakhir sebagai gagal nafas progresif, terjadi hipoksemia progresif yang dapat menyebabkan kematian. ( Nelson,2000).

D. Manifestasi Klinik
- Takipneu
- Retraksi interkostal dan sternal
- Pernafasan cuping hidung
- Sianosis sejalan dengan hipoksemia
- Menurunya daya compliance paru (nafas ungkang- ungkit  paradoksal )
- Hipotensi sistemik (pucat perifer, edema, pengisian kapiler tertunda lebih dari 3 sampai 4 detik )
- Penurunan keluaran urine
- Penurunan suara nafas dengan ronkhi
- Takhikardi pada saat terjadinya asidosis dan hipoksemia.

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto thoraks
a.Pola retikulogranular difus bersama bronkhogram udara yang saling tumpah tindih.
b.Tanda paru sentral batas jantung sukar dilihat, inflasi paru buruk.
c. Kemungkinan terdapat kardiomegali bila sistem lain juga terkena (bayi dari ibu diabetes, hipoksia, gagal jantung kongestif )
d.Bayangan timus yang besar.
e.Bergranul merata pada bronkhogram udara, yang menandakan penyakit berat jika terdapat pada beberapa jam pertama.

2. Gas Darah Arteri menunjukan asidosis respiratory dan metabolik yaitu adanya penurunan pH, penurunan PaO2, dan peningkatan paCO2, penurunan HCO3.

3. Hitung darah lengkap,

4. Perubahan Elektrolit, cenderung terjadi penurunan kadar: kalsium, natrium, kalium dan glukosa serum

F. Komplikasi
- Pneumothorak
- Pneumomediastinum
- Hipotensi
- Menurunya pengeluaran urine
- Asidosis
- Hiponatremi
- Hipernatremi
- Hipokalemi
- Disseminated intravaskuler coagulation ( DIC )
- Kejang
 -Intraventricular hemorhagi
 -Infeksi sekunder.
 -murmur

G. Asidosis
Merupakan  suatu kondisi terjadinya pelepasan ion Hidrogen ( H) yang berlebihan dalam darah sehingga terjadi penurunan pH darah dalam tubuh.
pH darah dalam tubuh mempunyai nilai normal : 7,38-7,42 dengan pemeriksaan AGD ( analisa gas darah ).  bila kurang dari nilai normal disebut dinamakan asidosis, sedangkan bila lebih dari normal disebut alkalosis. Berat ringannya tergantung tinggi rendahnya rentang perubahanya.

Kolaps paru pada kasus RDS dapat menyebabkan asidosis karena terganggunya ventilasi sehingga  terjadi hipoksia dan Retensi CO2. oksigenasi jaringan menurun sehingga terjadi metabolisme anaerobik yang menimbulkan asam laktat dan asam organik lain yang menyebabkan terjadinya asidosis metabolik.

H. Penatalaksanaan
1. Memberikan lingkungan yang  optimal.
Suhu tubuh harus selalu diusahakan agar tetap dalam batas normal ( 36,50-370C) dengan cara meletakkan bayi dalam inkubator. Kelembapan ruangan juga harus adekuat ( 70-80%)
2. Pemberian oksigen .
Pemberian oksigen harus hati-hati karena berpengaruh kompleks terhadap bayi prematur. Untuk mencegah timbulnya komplikasi tersebut pemberian O2 sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan analisa gas darah.Rumatan PaO2 antara 50-80mmHg dan PaCO2 antara 40 dan 50 mmHg, dengan rumatan O2 2L.
3. Pemberian cairan dan elektrolit.
Pada permulaan diberikan glukose 5-10% 60-125 ml/kgBB/hari. Asidosis yang selalu dijumpai. Harus segera dikoreksi dengan NaHCO3 secara intravena, dengan rumus pemberian : NaHCO3( mEq ) =Defisit basa X 0.3 X BB bayi.
4. Pemberian antibiotik, untuk mnecegah infeksi sekunder. Dapat diberikan penissilin dengan  dosis  50000-100000 U/kgBB/hari dengan atau tanpa gentamicin3-5/kgBB/hari.
5. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan eksogen melalui endotrakheal tube. Obat ini sangat efektif.


DAFTAR PUSTAKA
Cecily. L Betz. 2002. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta. EGC
Nelson. E Waldo. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jilid I.Jakarta. EGC
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta. EGC
Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I.Jakarta. CV Agung Seto.
CARI ASKEP LAIN