Selasa, 30 Januari 2018

ASKEP PADA PASIEN PIKUN | DIMENSIA ALZHEIMER

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Alzheimer ditemukan pertama kali pada tahun 1907 oleh seorang ahli psikiatri dan neuropatologi yang bernama Alois Alzheimer. Ia mengobservasi seorang wanita berumur 51 tahun, yang mengalami gangguan intelektual dan memori serta tidak mengetahui kembali ketempat tinggalnya, sedangkan wanita itu tidak mengalami gangguan anggota gerak koordinasi dan reflek. Pada autopsy tampak bagian otak mengalami atropi yang difus dan simetris, dan secara mikroskopis tampak bagian kortikal otak mengalami neuritis plaque dan degenerasi neurofibrillary.

(Sumber : theadplan.com)
Secara epidemiologi dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup pada berbagai populasi, maka jumlah orang berusia lanjut akan semakin meningkat. Dilain pihak akan menimbulkan masalah serius dalam bidang social ekonomi dan kesehatan, sehingga akan semakin banyak yang berkonsultasi dengan seorang neurology karena orang tua tersebut yang tadinya sehat, akan mulai kehilangan kemampuannya secara efektif sebagai pekerja atau sebagai anggota keluarga. Hal ini menunjukan munculnya penyakit degeneratife otak, tumor, multiple stroke, subdural hematoma atau penyakit depresi yang merupakan penyebab utama demensia.

Isilah demensia digunakan untuk menggambarkan sindrom klinis dengan gejala menurunnya daya ingat dan hilangnya fungsi intelek lainnya. Defenisi demensia menurut unit Neurobehavior pada boston veterans Administration Medikal Center (BVAMC) adalah kelainan fungsi intelek yang didapat dan bersifat menetap, dengan adanya gangguan paling sedikit 3 dari 5 komponen fungsi luhur yaitu gangguan bahasa, memori, visuospasial, emosi dan kognisi.

Penyebab pertama penderita demensia adalah penyakit alzeimer (50-60) dan kedua oleh cerebrovaskuler (20). Diperkirakan penderita demensia terutama penderita Alzheimer pada abad terakhir ini semakin meningkat jumlah kasusnya sehingga akan mungkin menjadi epidemic seperti di Amerika dengan insiden demensia 187 populisi /100.000/tahun dan penderita alzeimer 123/100.000/tahun serta penyebab kematian keempat atau kelima

(Sumber : medimoon.com)
B. DEFINISI
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofiologi : konsep klinis proses- proses penyakit, Juga merupakan penyakit dengan gangguandegenarif yang mengenai sel-sel otak dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun (Perawatan Medikal Bedah : jilid 1 hal 1003). Hal tersebut berkaitan dengan lebih tingginya harapan hidup pada masyarakat di Negara maju, sehingga populasi penduduk lanjut usia juga bertambah.

C. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab yang telah dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi flament, predisposisi heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif dengan penurunan daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan metabolism energy, adanya formasi radikal bebas atau terdapat produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit Alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.

UNTUK BACA SELENGKAPNYA SILAHKAN KLIK DOWNLOAD
CARI ASKEP LAIN

Jumat, 26 Januari 2018

ASKEP PADA PASIEN LUPUS

A. Pengertian
SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh.


(Sumber : cursoenarm.net)
B. Anatomi Fisiologi
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari system endokrin juga diedarkan melalui darah.. Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.

Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior.

Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.

C. Etiologi
Hingga kini faktor yang merangsang sistem pertahanan diri untuk menjadi tidak normal belum diketahui. Ada kemungkinan faktor genetik, kuman virus, sinaran ultraviolet, dan obat-obatan tertentu memainkan peranan.


(Sumber : www.istockphoto.com)
Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) ini lebih kerap ditemui di kalangan kaum wanita. Ini menunjukkan bahwa hormon yang terdapat pada wanita mempunyai peranan besar, walau bagaimanapun perkaitan antara Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) dan hormon wanita saat ini masih dalam kajian. Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) bukanlah suatu penyakit keturunan. Walau bagaimanapun, mewarisi gabungan gen tertentu meningkatkan lagi risiko seseorang itu mengidap penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE).

D. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan.

Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali

E. Tanda dan gejala
Tanda atau gejala lainnya dari SLE telah dinyatakan oleh “American College of Rheumatology” yaitu 11 kriteria untuk klasifikasi SLE. Kesebelas kriteria tersebut antara lain : 
- Ruam malar
- Ruam discoid
- Foto sentivitas (sentivitas pada cahaya)
ulserasi (semacam luka) di mulut atau nasofaring
- Artritis
Serositis (radang membran serosa)
Kelainan ginjal
Kelainan neurologik
- kelainan hematologik
kelainan imunologik
adanya antibodi antinuklear

UNTUK BACA SELENGKAPNYA SILAHKAN KLIK DOWNLOAD
CARI ASKEP LAIN

Rabu, 24 Januari 2018

ASKEP PADA KELUARGA BARU MENIKAH

A. Latar belakang
Asuhan keperawatan keluarga  yaitu suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan pada keluarga . Asuhan keperawatan keluarga  digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga  dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga, mengetahui tingkat pencapaian keluarga  dalam melakukan fungsinya. Memerlukan pemahaman setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga  dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keluarga  memenuhi tugas perkembangannya. Pasangan baru ( keluarga  baru menikah) ialah ketika masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga  melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga nya masing-masing.

(Sumber : www.beliefnet.com)
Mempersiapkan keluarga  yang baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari diantaranya belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya. Masing-masing menghadapi perpisahan dengan keluarga  sendiri dan orang tuanya, mulai membina hubunganungan baru dengan keluarga  dan kelompok social lainnya.

B. Tujuan
  • Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan keluarga  baru menikah.
  • Untuk mengetahui tugas perkembangan dan masalah-masalah yang terjadi pada keluarga baru menikah.
  • Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga baru menikah
C. Manfaat

  • Agar dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan keluarga  baru menikah .
  • Agar dapat mengetahui tugas perkembangan dan masalah-masalah yang terjadi pada keluarga  baru menikah.
  • Agar dapat mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga baru menikah
D. Pengertian Keluarga

Keluarga  adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (UU. No 10, 1992). keluarga  adalah kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing (Friedman 1998).

Whall (1986) dalam analisis konsep tentang keluarga  sebagai unit yang perlu dirawat, ia mendefinisikan keluarga  sebagai kelompok yang mengidentifikasikan diri dengan anggotanya yang terdiri dari dua individu atau lebih yang asosiasinya dicirikan oleh istilah-istilah khusus, yang boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi yang berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai sebuah keluarga.
(Sumber : www.nmrc.ca)



Family Service America (1984) mendefinisikan keluarga  dalam suatu cara yang komprehensif, yaitu sebagai ”dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan keintiman”


E. Tugas perkembangan keluarga  baru menikah menurut Duval (Sociological Perspective)

  1. Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
  2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
  3. Membina hubungan dengan keluarga  lain: teman dan kelompok sosial.
  4. Merencanakan penambahan anggota baru (mempersiapkan menjadi orangtua), mendiskusikan rencana punya anak
F. Masalah Keperawatan Kesehatan Keluarga
  • Komunikasi keluarga  disfungsional
  • Potensial peningkatan menjadi orangtua, perubahan(krisis) menjadi orangtua, konflik peran orangtua
  • Perubahan penampilan peran
  • Gangguan citra tubuh
  • Koping keluarga  tidak efektif (menurun, ketidakmampuan), potensial peningkatan koping keluarga
  • Risiko terhadap tindak kekerasan
  • Perilaku mencari bantuan kesehatan,
  • Gangguan tumbuh kembang,
  • Risiko penularan penyakit,

G. Proses Keperawatan keluarga
Menurut Friedman (1998:54), Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua tindakan keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam kerangka referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah. Friedman dalam Proses keperawatan keluarga  juga membagi dalam lima tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga , identifikasi masalah keluarga  dan individu atau diagnosa keperawatan, rencana perawatan, implemntasi rencana pengerahan sumber-sumber dan evaluasi perawatan.

Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga  menurut Effendi (2004) dengan melalui membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga  yaitu dengan mengadakan kontrak dengan keluarga , menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat untuk membantu keluarga  dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga , menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan – kebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga  dan membina komunikasi dua arah dengan keluarga

UNTUK BACA SELENGKAPNYA SILAHKAN KLIK DOWNLOAD
CARI ASKEP LAIN

Selasa, 23 Januari 2018

ASKEP PADA PASIEN URTIKARIA

A. Pengertian
Urtikaria merupakan istilah kilnis untuk suatu kelompok kelainan yang di tandai dengan adanya pembentukan bilur-bilur pembengkakan kulit yang dapat hilang tanpa meninggalkan bekas yang terlihat. ( robin graham, brown. 2205 )

Urtikaria yaitu keadaan yang di tandai dengan timbulnya urtika atau edema setempat yang menyebabkan penimbulan di atas permukaan kulit yang di sertai rasa sangat gatal ( ramali, ahmad. 2000 )

(Sumber : consultqd.clevelandclinic.org)
Urtikaria adalah reaksi vascular di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya di tandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit, sekitarnya di kelilingi halo (kemerahan). Keluhan subjektif biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk.

Dikenal dua macam bentuk klinik urtikaria, yaitu bentuk akut ( <> 6 minggu). Urtikaria yang mengenai lapisan kulit yang lebih dalam daripada dermis, dapat di submukosa, atau di subkutis, juga dapat mengenai saluran nafas, saluran cerna, dan organ kardiovaskuler dinamakan angiodema.

Sinonim : Hives, nettle rash, biduran, kaligata

B. Kasifikasi
Terdapat bermacam - macam paham penggolongan urtikaria, berdasarkan lamanya serangan berlangsung di bedakan urtikaria akut dan kronik. Disebut akut bila serangan berlangsung kurang dari 6 minggu, atau berlangsung selama 4 minggu tetapi timbul setiap hari, bila melebihi waktu tersebut di golongkan sebagai urtikaria kronik. Urtikaria akut sering terjadi pada anak muda, umumnya laki-laki lebih sering daripada perempuan. Urtikaria kronik lebih sering pada wanita usia pertengahan. Penyebab urtikaria akut lebih mudah di ketahui, sedangkan pada urtikaria kronik sulit di temukan. Ada kecenderungan urtikaria lebih sering di derita oleh penderita atopik.

Berdasarkan morfologi klinis, urtikaria di bedakan menurut bentuknya, yaitu urtikaria papular bila berbentuk papul, gutata bila besarnya sebesar tetesan air dan girata bila ukuranya besar-besar. Terdat pula yang anular dan arsinar. Menurut luasnya dan dalamnya jaringan yang terkena, di bedakan urtikaria lokal, generalisata dan angioedema.

(Sumber : abouthives.ne)
3. Bentuk-bentuk klinis Urtikaria
  • URTIKARIA AKUT :
    Urtikaria akut hanya berlansung selama beberapa jam atau beberapa hari
  • URTIKARIA KRONIS :
    Biasanya berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau beberapa tahun. pada bentuk urtikaria ini jarang didapatkan adanya faktor penyebab tunggal.
  • URTIKARIA PIGMENTOSA :
    Yaitu suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang berlangsung sementara, kadang-kadang disertai pembengkakan dan rasa gatal.
  • URTIKARIA SISTEMIK :
    Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi kelainan khas berupa urtikaria popular yaitu urtikaria yang berbentuk popular-popular yang berwarna kemerahan
C. Etiologi
Pada penyelidikan ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Di duga penyebab urtikaria bermacam-macam, diantaranya :

OBAT
Bermacam – macam obat dapat menimbulkan urtika, baik secara imunologi maupun nonimunologik. Hampir semua obat sistemik menimbulkan urtikaria secara imunologi tipe I atau II. Contohnya ialah obat – obat golongan penisilin, sulfonamid, analgesik, pencahar, hormon, dan uretik. Adapun obat secara nonimunologi langsung merangsang sel mas untuk melepaskan histamin, misalnya kodein, opium, dan zat kontras. Aspirin menimbulkan urtikaria karena menghambat sintesis prostaglandin dari asam arakidonat.

MAKANAN
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria yang akut, umumnya akibat reaksi imunologik. Makanan berupa protein atau berupa bahan lainnya yang dicampurkan ke dalamnya seperti zat warna, penyedap rasa, atau bahan pengawet, sering menimbulkan urtikaria alergika. Contoh makanan yang sering menimbulkan urtikaria adalah telur, ikan, kacang, udang, coklat, tomat, arbey, baby, keju, bawang, dan semangka ; bahan yang dicampurkan seperti asam nitrat, asam benzoat, ragi, salisilat, dan panisilin. CHAM-PION 1969 melaporkan ± 2% urtikaria kronik disebabkan sensitisasi terhadap makanan.

GIGITAN/SENGATAN SERANGGA
Gigitan atau sengatan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat, agaknya hal ini menyebab diperantai oleh IgE (Tipe I) dan tipe seluler (tipe IV). Tetapi venom dan toksin bakteri, biasanya dapat pula mengaktifkan komplemen. Nyamuk, kepinding dan serangga lainnya menimbulkan urtika bentuk papular di sekitar gigitan, biasanya sembh dengan sendirinya setelah beberapa hari, minggu, atau bulan.

BAHAN FOTO SENSITIZER
Bahan semacam ini, gleseofulvin, fenotiazin, sulfonamin, bahan kosmetik, dan sabun germisin sering menimbulkan urtikaria

INHALAN
Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, bulu binatang, dan aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergi (Tipe I). Reaksi ini sering di jumpai pada penderita atofi dan disertai gangguan nafas.

KONTAKTAN
Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu binatang, serbuk tekstil, air liur binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bahan kimia, misalnya insect refelent (penangkis serangga) dan bahan kosmetik. Keadaan ini disebabkan bahan tersebut menembus kulit dan menimbulkan urtikaria.
TUFT (1975) melaporka urtikaria akibat sefalosporin pada seorang apoteker, hal yang jarang terjadi ; karena kontak dengan antibiotik umumnya menimbulkan dermatitis kontak. Urtikaria akibat kontak dengan klorida kobal, indikator warna pada tes provokasi keringat, telah dilaporkan oleh SMITH (1975).

TRAUMA FISIK
Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, yakni berenang atau memegang benda dingin ; faktor panas, misalnya sinar matahari, sinar UV , radiasi, dan panas pembakaran ; faktor tekanan, yaitu goresan, pakain ketat, ikat pinggang, air yang menetes atau semprotan air, vibrasi, dan tekanan berulang-ulang contohnya pijatan, keringat, pekerjaan, demam, dan emosi menyebabkan urtikaria fisik, baik secara imunologik maupun non imunologik. Klinis biasanya terjadi ditempat yang mudah terkena trauma. Dapat timbul urtikaria setelah goresan dengan benda tumpul beberapa menit sampai beberapa jam kemudian. Fenomena ini disebut dermografisme atau fenomena darier.

INFEKSI
Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria, misalnya infeksi bakteri, virus, jamur, maupun investasi parasit. Infeksi oleh bakteri, contohnya pada infeksi tonsil, infeksi gigi dan sinusitis. Masih merupakan pertanyaan, apakah urtikaria timbul karena toksik bakteri atau oleh sensitisasi. Infeksi visrus hepatitis, mononukleosis, dan infeksi virus Coxsackie pernah dilaporkan sebagai faktor penyebab. Karena itu pada urtikaria yang idiopatik perlu dipikirkan kemungkinan infeksi virus subklinis. Investasi cacing pita, cacing tambang, cacing gelang, juga Schistosoma atau Echinococcus dapat menyebabkan urtikaria.

PSIKIS
Tekanan jiwa dapat memacu sel mas atau langsung menyebabkan peningkatan permeabilitas dan vasodilatasi kapiler. Ternyata hampir 11,5% penderita urtikari menunjukkan gangguan psikis. Penyelidikan memperlihatkan bahwa hipnosis dapat menghambat eritema dan urtikaria. Pada percobaan induksi psikis, ternyata suhu kulit dan ambang rangsang eritema meningkat.

GENETIK
Faktor genetik ternyata berperan pentik pada urtikaria dan angioedema, menunjukkan penurunan autosoma dominan. Diantaranya ialah angioneurotik edema herediter, familial cold urtikaria, familial lokalized heat urtikaria, vibratory angioedema, heredo-familial symdrom of urtikaria deafness and amyloidosis, dan erythropoietic protoporphyria.

PENYAKIT SISTEMIK
Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria, reaksi lebih sering disebabkan reaksi kompleks antigen-antibody. Penyakit vesiko-bulosa, misalnya pemfigus dan dermatitis herpetiformis duhring sering menimbulkan urtikaria. Sejumlah 7-9% penderita lupus eritematosus sitemik dapat mengalami urtikaria. Beberapa penyakit sistemik yang sering disertai urtikaria antara lain limfoma, hifertiroid, hepatitis, urtikaria pigmentosa, artritis pada demam rematik, dan artritis reumatoid zuvenilis.

UNTUK BACA SELENGKAPNYA SILAHKAN KLIK DOWNLOAD
CARI ASKEP LAIN

Senin, 22 Januari 2018

ASKEP PADA PASIEN ISCHEMIC STROKE

A. Pengertian
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Sedangkan menurut Hudak (1996), stroke adalah defisit neurologi yang mempunyai serangan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari cardiovascular disease (CVD). (Fransisca B Batticaca, 2008).

(Sumber : www.pacificneuroscienceinstitute.org)
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. (Arif Muttaqin, 2008)

B. Faktor Resiko
Hipertensi
Obesitas
Hiperkolesterol
Peningkatan hematokrit
Penyakit kardiovaskuler : AMI, CHF, LVH, AF
DM
Merokok
Alkoholisme
Penyalahgunaan obat : kokain

C. Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain :
  1. Thrombosis Cerebral
    Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
  2. Emboli
    Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
  3. Haemorhagi
    Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
  4. Hypoksia Umum
    - Hipertensi yang parah
    - Cardiac Pulmonary Arrest
    - Cardiac output turun akibat aritmia
    - Hipoksia setempat
    - Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid
    - Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain
  5. Hypoksia Setempat

(Sumber : www.lahey.org)

D. Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung).

Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap ortak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik , atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah.

UNTUK BACA SELENGKAPNYA SILAHKAN KLIK DOWNLOAD
CARI ASKEP LAIN

Sabtu, 20 Januari 2018

ASKEP PADA PASIEN HIPERTENSI | KARDIOVASKULER

A. Pengertian
Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang sering dijumpai dan termasuk problema kesehatan yang perlu segera ditanggulangi sebelum terjadi komplikasi dan akibat jelek lainnya. Definisi yang tepat bagi hypertensi masih merupakan persoalan, sebagai pegangan, WHO telah membuat kriteria bahwa seseorang dianggap hypertensi bila tekanan darah 160/95 mmhg atau lebih. Sedangkan tekanan kurang 140/90 mmhg adalah normatif.
(Sumber : www.aztecanoticias.com)
Pembagaian hypertensi :
  1. Mild Hypertension : Tekanan diastole 90 – 110 mmhg
  2. Moderate hypertension : Tekanan diastole 110 – 130 mmhg
  3. Severe hypertension : Tekanan diastole lebih dari 130 mmhg
DOWNLOAD ASKEP

WHO (1983 ) telah sependapat dan menganjurkan tindakan pencegahan primer terhadap hypertensi ini, karena kira-kira setengah dari penderita ini tidak menyadari akan penyakitnya karena tidaj ada keluhan sama sekali.

B. Etiologi
Etiologi hypertensi ini merupakan interaksi bermacam-macam faktor, masing – masing faktor tersebut tidak sama kuatnya untuk menimbulkan hypertensi pada individu tertentu. Faktor – faktor tersebut adalah :
  1. . Atherosklerosis
  2. Meningkatnya pemasukan sodium
  3. Obesitas
  4. Baroreceptor
  5. Renin secretion
  6. Renal exoration dari sodium dan air
  7. Genetik dan lingkungan
Dari faktor tersebut diatas yang paling sering terjadi adalah karena obesitas dan peningkatan pemasukan sodium

C. Tanda dan Gejala
Umumnya hypertensi primer tidak memberikan keluhan dan tanda klinis khusus, tetapi mungkin terdapat gejala :
  • Pusing
  • Sakit kepala
  • Blured vision ( penglihatan yang remang-remang )
  • Shortnes breath ( nafas pendek )
  • Sinkop
  • Dizzines
D. Patofisiologi
  1. Peningkatan asupan Genetik Stres Faktor endotel
  2. Natrium
  3. perubahan sel membran
  4. Retensi natrium luas filtrasi peningkatan Renin obesitas
  5. Pada ginjal menurun aktivitas angio
  6. Simpatik tensin
  7. Me
  8. hiper
  9. insulin
  10. volume cairan kontraksi hipertropi
  11. Meningkat fungsional struktural 
  12. Preload meningkat kontraktilitas
  13. Curah jantung meningkat tahanan perifer meningkat
UNTUK BACA SELENGKANYA SILAHKAN KLIK DOWNLOAD
CARI ASKEP LAIN

Jumat, 19 Januari 2018

ASKEP PADA PASIEN FEBRIS KONVULSI

A. Definisi
  1. Febris Convulsi adalah ganguan sementara yang terjadi pada anak-anak yang ditandai dengan demam (Wong, D.T. 1999: 182) 
  2. Febris Convulsi adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (Rectal di atas 38° C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium
  3. Kejang adalah terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C) Sering dijumpai pada anak usia 6 bulan sampai 4 tahun
B. Penyebab
Penyebab dari penyakit kejang convulsi ini adalah: Infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial seperti tonsilitis,otitis media akut, bronkitis.

(Sumber : intermountainhealthcare.org)

C. Tanda dan Gejala
1. Kriteria Febris Convulsi menurut (Riyadi,2009) meliputi:
  • Febris Convulsi sederhana ( yaitu kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum)
  • Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
  • Suhu tubuh anak (suhu rektal >38°C)
  • Timbulnya kejang yang bersifat tonik klonik
  • Menurut Behman (2000: 843) kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang tinggi dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39° C
  • Febris Convulsi yang menetap > 15 menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik selain itu juga dapat terjadi mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan terulang.
  • Saat kejang anak tidak berespon terhadap rangsangan seperti panggilan, cahaya (penurunan kesadaran)
2. Menurut Livingstone (Riyadi, 2009.) Ada 7 kriteria tanda dan gejala Febris Convulsi 
  • Umur anak saat kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
  • Kejang hanya berlangsung tidak lebih dari 15 menit
  • Kejang bersifat umum (tidak pada satu bagian tubuh, seperti pada otot rahang saja)
  • Kejang timbul 16 jam pertama setelah timbulnya demam
  • Pemeriksaan sistem persyarafan sebelum dan setelah kejang, tidak ada kelainan
  • Pemeriksaan elektro enchephaloghrapy dalam kurun waktu 1 minggu atau lebih setelah suhu normal tidak dijumpai kelainan
  • Frekuensi kejang dalam waktu 1 tahun tidak lebih dari 4 kali
D. Patofisiologi


E. Pemeriksaan Diagnosa
  1. Elektro enchephalograpy
    Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat didaerah belakang dan unilateral menunjukan Febris Convulsi kompleks. Pemeriksaan EEG penting untuk menegakkan diagnosa ini. EEG juga diperlukan untuk menentukan prognosis pada bayi cukup bulan. Bayi yang menunjukkan EEG latar belakang abnormal dan terdapat gelombang tajam multifokal atau dengan brust supresion atau bentuk isoelektrik, mempunyai prognosis yang tidak baik dan hanya 12 % diantaranya mempunyai atau menunjukkan perkembangan normal. Pemeriksaan EEG dapat juga digunakan untuk menentukan lamanya pengobatan.
  2. Pemeriksaan EKG dapat mendekteksi adanya hipokalsemia
  3. Dilakukan pemerikaan gram bakteri serta pemeriksaan penunjang lain untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang menjadi penyebab infeksi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memilih jenis antibiotik yang cocok diberikan pada pasien anak dengan Febris Convulsi
UNTUK BACA SELANJUTNYA SILAHKAN KLIK DOWNLOAD
CARI ASKEP LAIN

Kamis, 18 Januari 2018

ASKEP PADA PASIEN DANGUE HEMORRHAGIS FEVER (DHF)

A. Pengertian
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue,sejenis virus yang tergolong arbovirus yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina. Deman berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang dapat berakibat fatal dalam waktu yang relative singkat (Nursalam dkk, 2005).

(Sumber : www.cdc.gov)
Demam berdarah dengue dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini tidak menular melalui kontak manusia secara langsung, tetapi dapat ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini menyimpan virus dengue pada telurnya, selanjutnya akan menularkan virus tersebut ke manusia melalui gigitannya. Sekali menggigit, nyamuk ini akan berulang menggigit orang lain lagi sehingga dengan mudah darah seseorang yang mengandung virus dengue dapat cepat dipindahkan ke orang lain, yang paling dekat tentulah orang yang tinggal dalam satu rumah (Nursalam dkk, 2005).

Namun, virus dengue yang sudah masuk ke dalam tubuh seseorang, tidak selalu dapat menimbulkan infeksi jika orang tersebut mempunyai daya tahan tubuh yang kuat sehingga dengan sendirinya virus tersebut akan dilawan oleh tubuh (Nursalam dkk, 2005)

B. Penyebab
Penyebab dari DHF adalah virus dengue ditularkan melalui vektor nyamuk aedes aegypti yang terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali pada daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 m di atas permukaan laut

C. Klasifikasi Penyakit DHF
Menurut Hastuti (2008), penyakit DBD diklasifikasikan berdasarkan berat ringannya yakni sebagai berikut :
  • Derajat I
    Disebut derajat I apabila terdapat tanda-tanda demam disertai gejala-gejala yang lain seperti mual, muntah, sakit pada ulu hati, pusing, nyeri otot, dan lain lain tanpa adanya pendarahan spontan dan bila dilakukan uji torniket menunjukkan hasil positif terdapat bintik-bintik merah. Selain itu, pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan tanda-tanda hemokonsentrasi dan trombositopenia
  • Derajat II
    Disebut derajat II memiliki tanda-tanda gejala seperti yang terdapat pada DBD derajat I yang disertai dengan adanya pendarahan spontan pada kulit ataupun tempat lain (gusi, mimisan, dan lain sebagainya)
  • Derajat III
    Disebut derajat III apabila telah jatuh pada keadaan shock, yaitu pengukuran nadi didapatkan hasil cepat dan lemah, tekanan darah menurun, penderita gelisah, dan tampak kebiru-biruan pada sekitar mulut, hidung, dan ujung-ujung jari.
  • Derajat IV
    Disebut derajat IV apabila penderita telah jatuh pada keadaan shock, penderita kehilangan kesadaran dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur. Kondisi seperti ini disebut DSS (Dengue Shock Syndrome). Penderita berada dalam keadaan kritis dan memerlukan perawatan yang intensif di ruang ICU.
D. Komplikasi
Komplikasi DHF antara lain :
  • Ensefalopati Dengue, sebagai komplikasi syok berkepanjangan dengan perdarahan. Dapat menyebabkan kesadaran pasien menurun, apatis atau somnolen, dan dapat diseertai kejang
  • Kelainan ginjal, umumnya terjadi akibat syok yang tidak teratasi dengan baik. Umtuk mencegah, setelah syok diobati dengan mengganti cairan intravaskular
  • Udem paru,merupakan komplikasi akibat pemberian cairan berlebihan
E. Patofisiologi


UNTUK BACA SELENGKAPNYA SILAHKAN KLIK DOWNLOAD
CARI ASKEP LAIN

Rabu, 17 Januari 2018

ASKEP PADA PASIEN LUPUS ERITHEMATOSUS SISTEMIK

A. Pengertian
SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh.

(Sumber : www.istockphoto.com)

B. Anatomi Fisiologi
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari system endokrin juga diedarkan melalui darah.. Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.

Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior.

Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.

C. Etiologi
Hingga kini faktor yang merangsang sistem pertahanan diri untuk menjadi tidak normal belum diketahui. Ada kemungkinan faktor genetik, kuman virus, sinaran ultraviolet, dan obat-obatan tertentu memainkan peranan.

(Sumber : cursoenarm.net)

Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) ini lebih kerap ditemui di kalangan kaum wanita. Ini menunjukkan bahwa hormon yang terdapat pada wanita mempunyai peranan besar, walau bagaimanapun perkaitan antara Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) dan hormon wanita saat ini masih dalam kajian.
 Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) bukanlah suatu penyakit keturunan. Walau bagaimanapun, mewarisi gabungan gen tertentu meningkatkan lagi risiko seseorang itu mengidap penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE).

D. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan.

Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali

E. Tanda dan gejala
Tanda atau gejala lainnya dari SLE telah dinyatakan oleh “American College of Rheumatology” yaitu 11 kriteria untuk klasifikasi SLE. Kesebelas kriteria tersebut antara lain : 
- Ruam malar
- Ruam discoid
- Foto sentivitas (sentivitas pada cahaya)
ulserasi (semacam luka) di mulut atau nasofaring
- Artritis
Serositis (radang membran serosa)
Kelainan ginjal
Kelainan neurologik
- kelainan hematologik
kelainan imunologik
adanya antibodi antinuklear

UNTUK BACA SELENGKAPNYA SILAHKAN KLIK DOWNLOAD
CARI ASKEP LAIN